Sabtu, 16 Maret 2013

Chairil Anwar = Si Binatang Jalang

Chairil Anwar adalah penyair kelahiran medan, 26 juli 1922 dan beliau wafat pada usia 26 tahun pada tanggal 28 April, 1949 di jakarta. Chairil anwar adalah mantan seorang bupati kabupaten indragiri, riau. Ayahnya bernama toeloes. Meskipun menjabat sebagai bupati riau, ayahnya berasal dari lima puluh kota, sumatera barat. Lahir dari seorang wanita bernama saleha. Berdasarkan silsilah keluarga, chairil anwar masih punya perlian darah dengan sutan sjahrir  yang merupakan perdana menteri pertama indonesia.

Di usia 19 tahun chairil anwar pergi merantau ke jakarta. Saat itu orang tuanya telah bercerai. Di jakarta itulah chairil anwar mulai kenal dengan dunia sastra yang sesungguhnya. Menginjak usia 20 chairil mulai banyak menulis puisi. Karyanya pertama kali dimuat di majalah nisan yang terbit pada 1942. Sebagian besar puisi chairil anwar bertema kematian.

Puisi-puisi  karya chairil anwar banyak di ciptakan pada masa pemerintahan jepang. Salah satu puisi yang ia ciptakan untuk seorang gadis bernama Sri Ayati. Seorang gadis yang dicintainya secara diam -diam. Hingga akhir hayatnya, chaiiril anwar hanya memendam dan mengutarakan perasaannya  lewat bait-bait puisi.

Dari banyaknya Syair yang di lahirkan oleh Chairil Anwar,  ”AKU” menjadi satu dari beberapa karyanya yang begitu terkenang.

 AKU 
Kalau sampai waktuku 
‘Ku mau tak seorang kan merayu 
Tidak juga kau 
Tak perlu sedu sedan itu 
Aku ini binatang jalang 
Dari kumpulannya terbuang 
Biar peluru menembus kulitku 
Aku tetap meradang menerjang 
Luka dan bisa kubawa berlari 
Berlari 
Hingga hilang pedih peri 
Dan aku akan lebih tidak perduli 
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Selama ini kita tidak bisa menemukan sajak-sajak Chairil Anwar dalam satu buku. sebagian kita temukan dalam Deru Campur Debu dan Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus, sedangkan sebagian lagi kita jumpai dalam Tiga Menguak Takdir dan Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45. Akan tetapi, sajak-sajak yang terdapat dalam berbagai buku itu sekarang disatukan dalam Aku Ini Binatang Jalang.

Selain keseluruhan sajak-asli, dalam koleksi ini juga dimuat untuk pertama kalinya surat-surat Chairil - yang menggambarkan "keadaan jiwa"nya - kepada karibnya, H.B. Jassin.

Sang maestro 


Semoga bermanfaat

0 komentar:

Posting Komentar